Pemberitahuan - Tutup penerbitan :


Kami tidak menerbitkan buku baru atau mencetak ulang buku lagi. Penerbit tutup.




Kamis, 18 Desember 2014

OKULTISME DI BANDOENG DOELOE - Menelusuri Jejak Gerakan Teosofi dan Freemasonry di Bandung


OKULTISME DI BANDOENG DOELOE - Menelusuri Jejak Gerakan Teosofi 
dan Freeemasonry di Bandung
M. Ryzki Wiryawan
(18 x 24) cm; 166 hlm;  Bookpaper; 2014
ISBN: 978-602-14732-9-0
Harga  Rp 70.000

Tak dinyana, Kota Bandung ternyata menyimpan jejak-jejak gerakan okultisme di masa silam. Dua gerakan utama, Teosofi dan Freemasonry berkiprah signifikan di Bandoeng doeloe. Siapa saja tokoh-tokoh kedua gerakan tersebut dan apa yang saja kiprahnya, mengejutkan! Sejumlah fakta baru seputar sejarah Kota Bandung diungkapkan.
Pendekatan blusukan ternyata sudah dilakukan seorang bupati (pribumi) anggota Freemasonry sejak doeloe. Dalam otobiografinya Sang Bupati menjelaskan bahwa ia menggunakan metode tournee atau blusukan dalam mengelola 250 desa yang berada di wilayahnya. Ia biasa berkunjung dan menginap di rumah-rumah warga untuk membaur dan menyerap aspirasi warganya.

Dengan melakukan itu ia telah menembus batas-batas feodalisme yang masih berlaku saat itu.

Ada yang berkata, “Itulah tidak sesuai dengan kedudukan seorang pegawai tinggi, dan akan memerosotkan prestise seorang pembesar!” Tidak! Pada permulaannya cara bekerjasama begitu memang dahulunya dianggap aneh oleh rakyat jelata dan kaum feudal. Sekarang, di mana telah ada Civic Mission, anggapan kolot itu telah berkurang atau lenyap. Sebaliknya, rasa persaudaraan dan saling mempercayai perlahan-lahan mulai bertambah dan berkembang.

 Tersedia pula versi digitalnya:

SKETSA TOBA - Pesona Garis Kehidupan di Tanah Batak

 
SKETSA TOBA - Pesona Garis Kehidupan di Tanah Batak
Erland Sibuea

ISBN: 978-602-14372-8-3
 
Terbitan Khusus
 
Toba adalah kawasan yang indah, gugusan gunung dan danau yang sangat luas. Danau Toba berada di sebuah kaldera yang terbentuk dari letusan gunung berapi dan gempa bumi tektonik yang terjadi ribuan tahun lampau. Kawasan Toba berada di ketinggian +900 meter dari permukaan air laut dengan panjang danau +30 km dan lebarnya +100 km sehingga menjadikan Danau Toba merupakan danau terluas yang berada di kaldera dibandingkan danau manapun di seluruh dunia. Para peneliti dunia pun memperkirakan pembentukan kaldera Toba dan danaunya terjadi dengan sangat dahsyat yang tiada taranya dan membuat dunia berubah. Demikian pun keberadaan Pulau Samosir yang berada di tengah Danau Toba begitu menarik perhatian.

Berabad-abad orang-orang Batak memenuhi tanah Toba dan berkembang mengiringi perkembangan dunia di sekitarnya dan di dalam diri orang-orang Batak sendiri. Alamnya yang dikelilingi gunung-gunung dari gugusan Bukit Barisan telah turut membentuk orang-orang Batak sebagaimana yang dapat dipahami kini. Orang-orang Batak membentuk sendiri sistem keyakinan dan sistem kekerabatannya yang unik. Kampung-kampung Batak tumbuh dan dibangun di tanah Toba sebagaimana orang-orang Batak melipatganda jumlahnya. Adat istiadat orang-orang Batak berkembang dan mendasari kehidupan keseharian.  Melihat kepada peninggalan-peninggalan masa lampau, orang-orang Batak terus berkembang dan berubah sesuai pengaruh dalam diri pikiran kolektif orang-orang Batak dan juga pengaruh dari pikiran yang dibawa atau sengaja dibawa ke dalam masyarakat Batak.

Tanah dan air Danau Toba menjadi sumber penghidupan bagi orang-orang Batak dengan memberikan hasil bumi dan ikan-ikan. Air Danau Toba berasal dari sumber-sumber air dari berbagai tempat dari dataran yang lebih tinggi dan tumpahan air Danau Toba mengalir ke laut melalui sungai-sungai dan juga yang sengaja dibuat untuk mengalir dan membasahi sawah-sawah. Ternak-ternak dipelihara untuk menjadi sumber makanan dan seperti kerbau dipakai untuk membantu orang-orang Batak mengelola tanah pertanian. Masyarakat Batak menciptakan berbagai macam masakan yang khas yang dapat dinikmati hingga kini.

Sistem keyakinan, adat dan kawasan tanah Toba yang indah itu menginspirasi orang-orang Batak menciptakan benda-benda seni. Rumah Batak yang khas dibangun dan dihias dengan indah dalam ragam hias dan seni patung yang memukau. Musik orang-orang Batak begitu hebat, khas dan sangat menggugah kita akan kebesaran Sang Pencipta yang telah memberikan tanah dan air Danau Toba kepada orang-orang Batak sekaligus memberikan penghiburan bagi pendengarnya. Kain tenun ulos dan cara pengerjaannya yang digabungkan dengan ragam hiasnya juga membuktikan kepiawaian orang-orang Batak dalam menciptakan benda seni.

Kawasan Toba yang indah ini memang memukau banyak orang yang memandangnya dan telah menjadikannya menjadi tujuan wisata yang diminati wisatawan dalam negeri dan mancanegara. Fasilitas untuk wisata dibangun dan paket-paket wisata dirancang. Modernisasi orang-orang Batak membuat kawasan ini menjadi terbuka baik orang-orang Batak yang belajar dan bekerja di kota-kota dan daerah-daerah lain. Kota-kota di tanah Batak pun dibangun seiring dengan peningkatan kebutuhan wisata dan peningkatan kehidupan orang-orang Batak. Orang-orang Batak banyak juga yang pergi merantau dan memenuhi sekolah-sekolah dan perguruan-perguruan tinggi di berbagai kota di Indonesia dan dunia. Kemampuan intelektual orang-orang Batak sangat baik dan menjadi pemikir-pemikir penting di Indonesia. Orang-orang Batak telah memberikan sumbangsih yang besar kepada bangsa dan negara Indonesia bahkan dunia melalui pemerintahan, angkatan bersenjata, sekolah-sekolah dan perguruan-perguruan tinggi, menjadi pengusaha, seniman-seniman besar, teolog-teolog dan agamawan, kaum profesional di dunia kerja dsb.

Aku pun menjadi salah seorang yang turut pergi ke dunia rantau, jauh dari Toba. Aku merasakan sesuatu yang terputus dengan Toba. Perjalanan panjang pun kurancang untuk menyusuri Toba: melihat-memperhatikan dan membuat sketsa-sketsa, mengumpulkan lalu membukukan sketsa-sketsa dalam buku ini. Ini kulakukan untuk menyatakan semarak dan kekaguman akan Toba yang cantik dan sekaligus menantang diriku dan setiap kita untuk bertindak dan bersegera ambil bagian dalam bentuk apa pun dalam menjaga kehidupan yang lestari-bahagia orang-orang Batak di tanah Toba.

KITAB SUCI TAURAT & ZABUR - Terjemahan Bahasa Indonesia


KITAB SUCI TAURAT & Zabur - Terjemahan Bahasa Indonesia
Paguyuban Pelestari Terjemahan 1912
(11,5 x 15) cm; 1935 hlm;  2014
ISBN: 978-602-14372-7-6
Harga Rp 100.000






Pada halaman judul setiap kitab terpampang sebagian naskah Ibrani dari kitab yang bersangkutan. Naskah tersebut adalah Codex Leningrad dari koleksi Firkowitch pertama (Naskah F1/B19a) yang tersimpan di Perpustakaan Nasional St. Petersburg, Rusia. Naskah ini merupakan naskah paling lengkap dari tradisi keluarga Ben Asher, yang juga dikenal sebagai naskah yang paling akurat. Penulisannya dilakukan tahun 1008-1009 oleh Samuil ibn Yakov, yang dalam salah satu naskahnya menyebut dirinya sebagai murid dari Harun ibn Musa ibn Asher. Tulisan di bagian atas dan bawah naskah merupakan catatan-catatan yang perlu, sedangkan tulisan-tulisan di antara kolom-kolom naskah memuat petunjuk tentang bagaimana bunyinya harus dilafalkan.


Aku berkata dalam hati, “Marilah, aku hendak mengujimu dengan kesukaan. Nikmatilah kesenangan!” Tetapi sesungguhnya, itu pun kesia-siaan. 2Tentang tawa aku berkata, “Itu gila!” dan tentang kesukaan, “Apa gunanya?” 3Kucoba menyukakan tubuhku dengan anggur, dan memegang kebodohan—sementara hatiku tetap menuntunku dengan hikmat. Aku ingin melihat apa yang baik bagi bani Adam, yang patut mereka lakukan di kolong langit ini sepanjang hidup mereka yang singkat itu. 
 
4Kemudian kulakukan pekerjaan-pekerjaan besar: Kubangun bagi diriku rumah-rumah, kutanami bagi diriku kebun-kebun anggur. 5Kubuat bagi diriku kebun-kebun dan taman-taman, lalu kutanam di dalamnya segala jenis pohon buah-buahan. 6Kubuat pula bagi diriku kolam-kolam air untuk mengairi hutan tempat pohon-pohon tumbuh. 7Kubeli beberapa budak laki-laki dan perempuan, lalu ada budak-budak yang lahir di rumahku. Juga kumiliki banyak ternak berupa kawanan lembu dan kawanan kambing domba melebihi semua orang yang hidup di Yerusalem sebelum aku. 8Selain itu kukumpulkan bagi diriku perak, emas, dan harta benda dari raja-raja serta provinsi-provinsi. Kudapatkan bagi diriku para biduan dan biduanita, serta kesukaan bani Adam, yaitu banyak gundik. 9Maka aku menjadi semakin besar, lebih daripada semua orang yang hidup di Yerusalem sebelum aku. Sementara itu, hikmatku tetap ada pada-ku. 

10Apa pun yang diinginkan mataku tidak kutahan, dan aku tidak mencegah hatiku dari segala kesukaan karena hatiku bersukacita atas segala jerih lelahku. Itulah bagianku dari segala jerih lelahku.
11Lalu kupandang segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku, dan jerih lelah yang telah kuupayakan untuk mengerjakannya.  Lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menggenggam angin. Tidak ada keuntungan di bawah matahari. 
  
12Kemudian aku berpaling untuk mengamati hikmat, kegilaan, dan kebodohan. Apakah yang dapat dilakukan orang yang menggantikan raja? Hanya apa yang sudah lama dilakukan.
13Kulihat bahwa hikmat lebih berfaedah daripada kebodohan, sebagaimana terang lebih berfaedah daripada kegelapan.
14Orang bijak memiliki mata di kepalanya, sedangkan orang bodoh berjalan dalam kegelapan. Tetapi aku tahu juga bahwa nasib yang sama berlaku atas mereka semua. 

15Maka aku berkata dalam hati, “Nasib yang berlaku atas orang bodoh juga akan berlaku atasku. Kalau begitu, mengapa aku harus lebih bijak?”

Rabu, 17 Desember 2014

Album Bandoeng En Omstreken 1845 - 1910an


Album Bandoeng En Omstreken 1845 - 1910an
Sudarsono Katam
(24 x 18) cm; 252 hlm; HVS 80 gr; hardcover, 2014
ISBN: 978-602-14372-6-1
Harga: Rp 150.000

Terbitan istimewa, terbatas 1000 eks. Setiap buku bernomer seri.


Tidak bisa dipungkiri bahwa fotografi berperanan penting dalam pendokumentasian sejarah Indonesia. Sebuah foto dapat memperlihatkan suatu peristiwa, panorama, dan kondisi sosial budaya dengan akurat, sebagai bagian dari sejarah bangsa dan negara. Sebelum penemuan fotografi, dokumentasi sejarah hanya berupa transkrip tertulis dan atau gambar lukisan yang tingkat akurasinya sering kurang memadai karena terbatasnya ingatan dan kekuatan telisik mata seseorang.

Fotografi ditemukan pada tanggal 19 Agustus 1839 ketika Louis Jacquest Mande Daguerre mengumumkan hasil eksperimennya berupa cara untuk mengabadikan imaji (image) dengan bantuan lensa dan alat perekam. Perekaman imaji itu dilakukan pada lempeng tembaga dan prosesnya disebut Daguerreotype.

Pada tahun 1841, atas permintaan pemerintah Hindia Belanda, dr. Jurriaan Munnich (1817–1865) tiba di Batavia untuk melakukan pemotretan di Hindia Belanda terutama di Pulau Jawa. Jurriaan Munnich sempat membuat 64 Daguerreotype. Sayang hasil fotonya sangat mengecewakan karena tidak  mempertimbangkan aspek panas tropis dan kelembaban tinggi yang sangat mempengaruhi kualitas Daguerreotype-nya sekarang relatif tidak tersisa lagi.

Pada bulan Juni 1844 pemerintah Hindia Belanda mendatangkan seorang yang profesional di bidang Daguerreotype, yakni seorang berkebangsaan Jerman bernama Adolph Schaefer. Ia ditugaskan untuk merekam kegiatan arkeologi di Hindia Belanda terutama di Jawa Tengah. Ia juga memotret para penduduknya terutama orang-orang Belanda.

Alih-alih memenuhi tugas dari pemerintah, Adolph Schaefer lebih mementingkan bisnis pribadi dengan membuka studio foto di Batavia pada bulan Februari 1845. Perilakunya sangat mengesalkan pemerintah Hindia Belanda sehingga ia diperintahkan untuk membuat Daguerreotype pada bulan April tahun 1845. Koleksi karya Schaefer dimiliki oleh Batavian Society of Arts and Sciences di Batavia. Kemudian, ia diberangkatkan ke Jawa Tengah untuk mendokumentasikan relief pada tingkat terbawah Candi Borobudur. Hasilnya berupa 54 Daguerreotype yang terkenal hingga sekarang.

Fotografer lain yang membuka studio foto di Batavia antara lain L. Saurman (akhir Januari 1853), C. Düben (Juli 1854), dan seorang fotografer yang kurang dikenal pada bulan Desember 1854.

Antoine Françoise Lecouteux merupakan fotografer pertama di Batavia yang menawarkan foto pada kertas albumen dan kaca. Pada bulan Mei 1855–1856, Lecouteux bekerja sama dengan Isadore van Kinsbergen, seorang pelukis potret dan aktor teater kelahiran Belgia, untuk membuat foto berwarna dengan jalan mewarnai foto hasil jepretan Lecouteux. Pada bulan Juli 1857, Lecouteux melalui iklannya di harian Java Bode menyatakan diri sebagai fotografer ahli membuat foto pada kertas albumen dan kaca. Kemudian, Isadore van Kinsbergen pada tahun 1860-an–1870-an terkenal sebagai fotografer benda-benda antik budaya Jawa.

Pada tanggal 18 Mei 1857, dua orang Inggris bernama Walter Bentley Woodbury (1834–1885) dan James Page (1833–1865) tiba di Batavia dari Melbourne, Australia. Pada saat kedatangan mereka, teknik fotografi di Batavia sudah beralih dari Daguerreotype ke kertas albumen dan fungsi foto tidak lagi ditujukan untuk dokumentasi penelitian arkeologi tetapi untuk pemotretan diri.    Studio foto Woodbury & Page dibuka antara tanggal 5 Juni–15 Oktober 1857. Pada tahun 1858, kedua fotografer itu menjelajahi Pulau Jawa terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur. Studio foto Woodbury & Page dibuka kembali pada tanggal 8 Desember 1858–akhir Mei 1859 dengan alamat berbeda dari sebelumnya. Keduanya melakukan percobaan pencetakan foto menggunakan larutan garam kimiawi antara 2 Februari–6 Mei 1859. Hasilnya cukup baik pada beberapa jenis kertas, kebetulan karena Woodbury & Page sudah kehabisan persediaan kertas albumen.
Pada tahun 1860, Walter Bentley Woodbury dan James Page bersama Henry James Woodbury (1836–1873) kembali menjelajahi Pulau Jawa terutama Jawa Tengah. Setelah kembali pada bulan Desember 1860, terjadi perpisahan karena James Page pergi ke Inggris pada akhir tahun 1860. Pada tanggal 18 Maret 1861, Walter Bentley Woodbury membuka studio fotonya sendiri dengan nama Atelier Woodbury. Walter Bentley Woodbury pergi ke Inggris pada akhir bulan Januari 1863 dan ia meninggal di sana tanggal 5 September 1885.

Sejak 1 Januari 1863, Atelier Woodbury kembali menyandang nama Woodbury & Page  yang  dikelola  oleh James Page dan Henry James Woodbury. James Page sakit dan ia pulang ke Inggris pada tahun 1864. Ia meninggal di Inggris pada Januari 1865. Henry James Woodbury juga kembali ke Inggris pada tahun 1866 dan ia meninggal pada bulan Juli 1873.

Sebelum James Page kembali ke Inggris, Woodbury & Page dijual kepada seorang Jerman bernama Carl Kruger pada akhir Agustus 1864. Saudara ketiga Walter Bentley Woodbury, Albert Woodbury (1840–1900) membeli kembali Woodbury & Page dari Carl Kruger pada tanggal 1 Maret 1870.

Woodbury & Page dijual kembali kepada Constantine Franz Groth pada akhir tahun 1881. Albert Woodbury kembali ke Inggris dan meninggal di sana pada bulan April 1900. Sejak awal tahun 1890 popularitas studio foto Woodbury & Page mulai menurun karena banyaknya fotografer pesaing di Batavia dan perubahan pesat teknik pencetakan foto yang muncul pada tahun 1880-an pada saat itu, pencetakan foto sudah mampu dibuat singkat. Akhirnya, Woodbury & Page ditutup pada tahun 1908.

Walter Bentley Woodbury dan James Page dapat dianggap sebagai peletak tonggak pendokumentasian segala sesuatu di Hindia Belanda sehingga foto menjadi bagian dokumen kesejarahan bangsa dan negara Indonesia.

Jacobus Anthonie Messen, seorang kelahiran Utrecht Holland tanggal 6 Desember 1836 tiba di Padang pada tahun 1864. Ia mengiklankan diri sebagai fotografer di harian Sumatra Courant antara bulan Mei–Juni 1867. Antara bulan September–Desember 1867, Jacobus Anthonie Messen membuat iklan Atelier J.A. Messen di harian Java Bode Batavia. Namun, ia melelang semua hartanya dan meninggalkan Batavia pada tanggal 20 Desember 1867. Pada bulan Juni 1868–Juli 1869, Messen kembali mengiklankan diri sebagai fotografer di Sumatra Courant Padang. Ia kembali ke Belanda pada tanggal 24 Oktober 1870. Pada bulan Februari 1871, Jacobus Anthonie Messen mempersembahkan kompilasi karya fotonya selama enam tahun di Hindia Belanda kepada Raja Belanda Z.M. Willem III. Messen meninggal di negeri Belanda pada tahun 1885.

Dinas Topografi Hindia Belanda (Topgraphic Dienst) semula bernama Topographic Bureau, yang merupakan bagian dari Netherlands Indies Topographic Bureau. Dinas Topografi menjadi dinas independen di bagian umum Angkatan Perang Hindia Belanda  pada  tanggal  7 April 1874.  Pada saat itu, Dinas Topografi sudah mempunyai studio foto sendiri dan melakukan pemotretan antara tahun 1860-an–1880-an. Objek yang dipotret kebanyakan berupa bangunan, monumen, bentang alam, dan suasana jalan. Mereka tidak memotret orang. Pada tahun 1907, Dinas Topografi dimasukkan ke dalam Departemen Peperangan.

Kassian Cephas (1844–1912) adalah fotografer pribumi pertama yang membuat foto-foto 160 panel relief Karmawibhangga di tingkat pertama Candi Borobudur (1890). Karya yang menjadikan dirinya terkenal itu dibuat atas perintah Archaeologische Vereeniging (perkumpulan arkeologi swasta) yang diketuai Ir. J.W. Ijzerman, sebelum relief itu dikubur kembali hingga sekarang.

Kassian Cephas adalah putra Jawa tulen kelahiran 15 Februari 1844 dan ia diberi nama Kassian. Sejak kecil, ia telah diangkat anak oleh pasangan suami isteri Adrianus Schalk dan Eta Philipina Kreeft yang tinggal di Yogyakarta. Pada tahun 1860 Kassian menerima nama baptis Cephas. Temuan foto tertua karya Kassian Cephas adalah buatan tahun 1875. Pada saat itu, Kassian Cephas bertindak sebagai fotografer keraton dan kesultanan.

Nama Kassian Cephas semakin terkenal sejak foto-foto karyanya menjadi ilustrasi buku-buku karya dr. Isaäc Groneman (dokter yang merawat Franz Wilhelm Junghuhn dan Sinuhun Sultan Yogyakarta). Kassian Cephas meninggal di Yogyakarta pada tanggal 2 Desember 1912.

Terbit Versi Digital: KITAB SUCI TAURAT - Terjemahan Bahasa Indonesia


KITAB SUCI TAURAT - Terjemahan Bahasa Indonesia (digital)
Paguyuban Pelestari Terjemahan 1912
(10,5 x 15,5) cm; 872 hlm;  2014
ISBN: 978-602-14372-4-7


 Disediakan di:
  Disediakan pula edisi cetaknya, ISBN 978-602-96769-0-7
Terbitan Khusus 

Rp 45.000


 Kitab Suci Taurat ini merupakan pemutakhiran suatu terjemahan dalam bahasa Melayu bertarikh 1912. Sebagai Kitab Suci, terjemahan ini disertai pula teks aslinya yang berbahasa Ibrani.


Kebijakan Nabi Yusuf Mengatasi Krisis Pangan

13Suatu waktu, tidak ada lagi makanan di seluruh negeri itu karena begitu hebatnya bencana kelaparan yang terjadi. Tanah Mesir dan Tanah Kanaan merana karena bencana kelaparan itu. 14Yusuf mengumpulkan seluruh uang yang ada di Tanah Mesir serta Kanaan, yaitu uang yang dibayarkan orang-orang untuk membeli gandum, lalu dibawanya uang itu ke istana Firaun. 15Setelah uang di Tanah Mesir serta Tanah Kanaan habis, semua orang Mesir pun datang kepada Yusuf dan berkata, “Berilah kami makanan. Mengapa kami harus mati di hadapan Tuan? Uang kami sudah habis!” 
16Jawab Yusuf, “Jika uangmu habis, serahkanlah ternakmu, maka aku akan memberikan kepadamu makanan sebagai ganti ternakmu.” 17Lalu mereka membawa ternak mereka kepada Yusuf, dan Yusuf memberikan kepada mereka makanan sebagai ganti kuda, kambing domba, sapi, serta keledai mereka. Pada tahun itu ia menunjang makanan mereka sebagai ganti semua ternak mereka.
 
18Setelah tahun itu berakhir, mereka datang lagi kepada Yusuf pada tahun kedua dan berkata, “Tidak dapat kami sembunyikan dari Tuanku bahwa uang kami sudah habis dan bahwa hewan ternak kami sudah menjadi milik Tuanku. Tidak ada lagi yang tersisa di hadapan Tuanku selain badan kami dan tanah kami. 19Mengapa kami dan juga tanah kami harus mati di depan mata Tuan? Belilah diri kami juga tanah kami sebagai ganti makanan. Biarlah kami dan tanah kami menjadi hamba Firaun. Berikanlah benih, supaya kami hidup dan tidak mati, dan supaya tanah tidak menjadi tandus.”
 
20Maka Yusuf membeli semua tanah di Mesir bagi Firaun, sebab orang Mesir menjual ladangnya masing-masing. Hal itu mereka lakukan karena begitu beratnya bencana kelaparan itu menimpa mereka. Dengan demikian negeri itu menjadi  milik  Firaun.  21Setelah  itu Yusuf memindahkan rakyat ke kota-kota di Mesir, dari ujung yang satu sampai ke ujung yang lain. 22Akan tetapi, ia tidak membeli tanah para imam karena para imam mempunyai jatah yang tetap dari Firaun, dan mereka makan dari jatah  tetap  yang  diberikan  Firaun kepada  mereka  itu.  Itulah  sebabnya mereka tidak menjual tanah mereka. 
23Kemudian Yusuf berkata kepada rakyat, “Pada hari ini aku telah membeli dirimu dan tanahmu bagi Firaun. Inilah benih untuk kamu tabur di tanah itu. 24Nanti, pada waktu musim menuai, kamu harus menyerahkan seperlima bagian kepada Firaun, sedangkan empat bagiannya menjadi milikmu. Pakailah itu untuk benih ladangmu, untuk makanan kamu dan mereka yang ada di rumahmu, serta makanan anak-anakmu.” 
25Jawab mereka, “Tuan sudah menyelamatkan hidup kami! Asal Tuanku berkenan, kami mau menjadi hamba Firaun.”  
 
26Maka Yusuf membuat suatu ketetapan perihal tanah di Mesir yang berlaku sampai sekarang ini, yaitu bahwa seperlima bagian dari hasil tanah menjadi milik Firaun. Hanya tanah para imamlah yang tidak menjadi milik Firaun.