Pemberitahuan - Tutup penerbitan :


Kami tidak menerbitkan buku baru atau mencetak ulang buku lagi. Penerbit tutup.




Kamis, 10 Desember 2015

TAK TERSANGKALKAN


TAK TERSANGKALKAN
Sebuah Perjalanan Penuh Perjuangan Melewati Kepedihan
Bryan C. Gallant
(14 x 21) cm; 186 hlm;  bookpaper; 2015
ISBN: 978-602-72623-3-1
Rp 40.000

Emosi pun pecah ketika lagi-lagi aku berhadapan dengan batu nisan yang menjadi pengingat akan rasa sakit dan rasa kehilangan kami. Pertanyaan-pertanyaan muncul seperti petir dan menyerang kembali diriku, masing-masing menusuk pikiranku dengan satu kata kecil, “mengapa?”
Petir berupa emosi-emosi mentah mengguncang aku dari keberadaan diriku yang terdalam.
Mengapa?
Di dalam tanah di bawah kami terbaring tubuh anak-anak kami, bagai aktor-aktor terbuang dalam drama yang kita sebut kehidupan; terlempar ke pintu keluar yang paling dekat tanpa bisa masuk lagi, tak peduli betapa keras dan lamanya kami berteriak karena hal itu!
Di tempat itu, suatu pemakaman tenang yang penuh dengan kenangan dari orang yang meninggal bagi ribuan orang yang tak dikenal termasuk aku dan istriku, aku sedang menyaksikan kehidupan! Beberapa inci di atas tempat kedua anak kami dimakamkan, kini ada empat kehidupan lagi yang sedang berjalan-jalan!
Di sebuah tempat kematian, kini ada kehidupan! Di tempat di mana kami hancur sebelumnya, Allah—serta kehidupan—telah memberi kami empat anak lagi untuk dikasihi, untuk dipeluk, dan untuk menikmati kehidupan lagi! Sungguh-sungguh luar biasa...
Aku mengalami kebangkitan di pemakaman itu. Betapa cocoknya!

Sebuah kisah nyata, perjalanan sepasang suami-istri penuh perjuangan melewati kepedihan karena kehilangan buah hati mereka. Anak-anak mereka, semuanya, dua-duanya sekaligus.
 

Minggu, 28 Juni 2015

Penerbitan khas mendatang: PESONA BANDOENG - Senjakala Hindia Belanda (Sebuah Sejarah)


THE THUNDER - Book Three


SEBUAH NOVEL BERBAHASA INGGRIS
The Cronicles of The Dragron Brethren:
THE THUNDER - Book Three
Narendra Stanislaus Martosudarmo
(13,5 x 23) cm; 168 hlm;  bookpaper; 2015
ISBN: 978-602-72623-1-7
Rp -

Terbitan Terbatas
 
The Chronicles of the Dragon Brethren is a series of novels that I am currently writing. The characters in the novels are all dragons, and I am basing nearly all of them on my friends and peers from the school that I am currently studying.  I am the main character in the story. Because every one of my peers and friends have been so helpful and friendly towards me, I want to dedicate these novels to them by naming and basing the characters after each of them, and making them all dragons in my novels. 

There are seven different species of dragons in the novels and each and every one of my friends is portrayed as a dragon that shares the same personalities and appearances as them in real life. For example, if some of my friends are social, fast, and agile, their dragon is the Skyscale, a dragon that is speedy and alert on land or in air, and can shoot streams of wind from its mouth, as well as creating large gusts of wind by flapping its wings. If some of my friends are strong, courageous, and athletic, their dragon is the Flamefang, a large dragon that is fierce in battle, able to breathe copious amount of fire, and has the nasty habit of setting itself on fire to deter its enemies. Because I have quite a different personality than my friends, my dragon is the Thundertalon, the rarest and the fastest of all the dragons that has razor-sharp wings, a deadly roar, and the capability of shooting streams of lightning from its mouth. 

Like all main protagonists in many fantasy novels, I needed to have a love interest to add some romantic moments in the story. Because I see every girl in my grade as my sisters, I needed to find somebody outside my school to be my love interest. I do have numerous friends, some who are girls and are not at my school, but there is one girl in particular who has been very kind, helpful, and understanding towards me over the past few months. She and I have many things in common and I thought she could be my best friend in the first novel of the series, and later on will become my love interest in the novels that follow as our friendship grows into something that is much more powerful.

The story of how we met happened around 3 years ago. I was joining a youth camp at a resort, in the mountains of Bogor. The weather was mildly cool and the temperature of the air was cold, but much colder in the night. I was out sitting on a bench near the swimming pool looking for ideas and inspiration to write a novel and so far, it was not much of a success. Just when I was starting to run out of ideas, a female voice greeted me from behind. I turned around and I saw her for the very first time. She was around my age, a little shorter than me, with long, gleaming black hair, dark brown eyes, and a friendly smile. We introduced ourselves and she told me that our parents and older sisters were friends, so I immediately thought the two of us could be friends too. Since then, we spent a lot of time together around the resort. One night, I told her that I was looking for inspiration to write a novel. She then said that my story should be something about forming friendships, fighting enemies, and finding love, so that hopefully the book could become a best seller one day. I said to her that I’ve got great friends at my school, and I’ve learnt to stand up against those who have bossed me around and that I was on a sole quest to find the right girl for me. She then replied that sometimes love can be found in one of our closest friends. 

Within minutes I was struck with dozens of inspirations. I decided to write a novel that would contain friendship, action, mystery, comedy, and romance. She then added that the novel could be a part of a much bigger story, and that inspired me to write a series of novels. I was also inspired at the thought of the characters being my friends as dragons because dragons have fascinated me ever since I was a small kid. Since that night, I thanked her and owed her one big time, and she said no problem. When the holidays were about to end, she and I said our farewells, and I promised that I would dedicate my novel to her. That was the origin of the creation of ‘The Chronicles of the Dragon Brethren.’


Tersedia pula versi digitalnya:

 

Akan terbit: ARANG AKTIF - Obat Ajaib Berbagai Penyakit


THE ICONS OF JAKARTA


THE ICONS OF JAKARTA
Reny Feby
(21 x 28) cm; 163 hlm;  mate paper 150 gr, 2015
Hardcover pakai jaket
ISBN: 978-602-72623-0-0
Bilingual: Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Terbitan khusus
Diterbitkan atas dukungan sponsor Bank DKI Jakarta.














Kamis, 18 Desember 2014

OKULTISME DI BANDOENG DOELOE - Menelusuri Jejak Gerakan Teosofi dan Freemasonry di Bandung


OKULTISME DI BANDOENG DOELOE - Menelusuri Jejak Gerakan Teosofi 
dan Freeemasonry di Bandung
M. Ryzki Wiryawan
(18 x 24) cm; 166 hlm;  Bookpaper; 2014
ISBN: 978-602-14732-9-0
Harga  Rp 70.000

Tak dinyana, Kota Bandung ternyata menyimpan jejak-jejak gerakan okultisme di masa silam. Dua gerakan utama, Teosofi dan Freemasonry berkiprah signifikan di Bandoeng doeloe. Siapa saja tokoh-tokoh kedua gerakan tersebut dan apa yang saja kiprahnya, mengejutkan! Sejumlah fakta baru seputar sejarah Kota Bandung diungkapkan.
Pendekatan blusukan ternyata sudah dilakukan seorang bupati (pribumi) anggota Freemasonry sejak doeloe. Dalam otobiografinya Sang Bupati menjelaskan bahwa ia menggunakan metode tournee atau blusukan dalam mengelola 250 desa yang berada di wilayahnya. Ia biasa berkunjung dan menginap di rumah-rumah warga untuk membaur dan menyerap aspirasi warganya.

Dengan melakukan itu ia telah menembus batas-batas feodalisme yang masih berlaku saat itu.

Ada yang berkata, “Itulah tidak sesuai dengan kedudukan seorang pegawai tinggi, dan akan memerosotkan prestise seorang pembesar!” Tidak! Pada permulaannya cara bekerjasama begitu memang dahulunya dianggap aneh oleh rakyat jelata dan kaum feudal. Sekarang, di mana telah ada Civic Mission, anggapan kolot itu telah berkurang atau lenyap. Sebaliknya, rasa persaudaraan dan saling mempercayai perlahan-lahan mulai bertambah dan berkembang.

 Tersedia pula versi digitalnya:

SKETSA TOBA - Pesona Garis Kehidupan di Tanah Batak

 
SKETSA TOBA - Pesona Garis Kehidupan di Tanah Batak
Erland Sibuea

ISBN: 978-602-14372-8-3
 
Terbitan Khusus
 
Toba adalah kawasan yang indah, gugusan gunung dan danau yang sangat luas. Danau Toba berada di sebuah kaldera yang terbentuk dari letusan gunung berapi dan gempa bumi tektonik yang terjadi ribuan tahun lampau. Kawasan Toba berada di ketinggian +900 meter dari permukaan air laut dengan panjang danau +30 km dan lebarnya +100 km sehingga menjadikan Danau Toba merupakan danau terluas yang berada di kaldera dibandingkan danau manapun di seluruh dunia. Para peneliti dunia pun memperkirakan pembentukan kaldera Toba dan danaunya terjadi dengan sangat dahsyat yang tiada taranya dan membuat dunia berubah. Demikian pun keberadaan Pulau Samosir yang berada di tengah Danau Toba begitu menarik perhatian.

Berabad-abad orang-orang Batak memenuhi tanah Toba dan berkembang mengiringi perkembangan dunia di sekitarnya dan di dalam diri orang-orang Batak sendiri. Alamnya yang dikelilingi gunung-gunung dari gugusan Bukit Barisan telah turut membentuk orang-orang Batak sebagaimana yang dapat dipahami kini. Orang-orang Batak membentuk sendiri sistem keyakinan dan sistem kekerabatannya yang unik. Kampung-kampung Batak tumbuh dan dibangun di tanah Toba sebagaimana orang-orang Batak melipatganda jumlahnya. Adat istiadat orang-orang Batak berkembang dan mendasari kehidupan keseharian.  Melihat kepada peninggalan-peninggalan masa lampau, orang-orang Batak terus berkembang dan berubah sesuai pengaruh dalam diri pikiran kolektif orang-orang Batak dan juga pengaruh dari pikiran yang dibawa atau sengaja dibawa ke dalam masyarakat Batak.

Tanah dan air Danau Toba menjadi sumber penghidupan bagi orang-orang Batak dengan memberikan hasil bumi dan ikan-ikan. Air Danau Toba berasal dari sumber-sumber air dari berbagai tempat dari dataran yang lebih tinggi dan tumpahan air Danau Toba mengalir ke laut melalui sungai-sungai dan juga yang sengaja dibuat untuk mengalir dan membasahi sawah-sawah. Ternak-ternak dipelihara untuk menjadi sumber makanan dan seperti kerbau dipakai untuk membantu orang-orang Batak mengelola tanah pertanian. Masyarakat Batak menciptakan berbagai macam masakan yang khas yang dapat dinikmati hingga kini.

Sistem keyakinan, adat dan kawasan tanah Toba yang indah itu menginspirasi orang-orang Batak menciptakan benda-benda seni. Rumah Batak yang khas dibangun dan dihias dengan indah dalam ragam hias dan seni patung yang memukau. Musik orang-orang Batak begitu hebat, khas dan sangat menggugah kita akan kebesaran Sang Pencipta yang telah memberikan tanah dan air Danau Toba kepada orang-orang Batak sekaligus memberikan penghiburan bagi pendengarnya. Kain tenun ulos dan cara pengerjaannya yang digabungkan dengan ragam hiasnya juga membuktikan kepiawaian orang-orang Batak dalam menciptakan benda seni.

Kawasan Toba yang indah ini memang memukau banyak orang yang memandangnya dan telah menjadikannya menjadi tujuan wisata yang diminati wisatawan dalam negeri dan mancanegara. Fasilitas untuk wisata dibangun dan paket-paket wisata dirancang. Modernisasi orang-orang Batak membuat kawasan ini menjadi terbuka baik orang-orang Batak yang belajar dan bekerja di kota-kota dan daerah-daerah lain. Kota-kota di tanah Batak pun dibangun seiring dengan peningkatan kebutuhan wisata dan peningkatan kehidupan orang-orang Batak. Orang-orang Batak banyak juga yang pergi merantau dan memenuhi sekolah-sekolah dan perguruan-perguruan tinggi di berbagai kota di Indonesia dan dunia. Kemampuan intelektual orang-orang Batak sangat baik dan menjadi pemikir-pemikir penting di Indonesia. Orang-orang Batak telah memberikan sumbangsih yang besar kepada bangsa dan negara Indonesia bahkan dunia melalui pemerintahan, angkatan bersenjata, sekolah-sekolah dan perguruan-perguruan tinggi, menjadi pengusaha, seniman-seniman besar, teolog-teolog dan agamawan, kaum profesional di dunia kerja dsb.

Aku pun menjadi salah seorang yang turut pergi ke dunia rantau, jauh dari Toba. Aku merasakan sesuatu yang terputus dengan Toba. Perjalanan panjang pun kurancang untuk menyusuri Toba: melihat-memperhatikan dan membuat sketsa-sketsa, mengumpulkan lalu membukukan sketsa-sketsa dalam buku ini. Ini kulakukan untuk menyatakan semarak dan kekaguman akan Toba yang cantik dan sekaligus menantang diriku dan setiap kita untuk bertindak dan bersegera ambil bagian dalam bentuk apa pun dalam menjaga kehidupan yang lestari-bahagia orang-orang Batak di tanah Toba.