OKULTISME DI BANDOENG DOELOE - Menelusuri Jejak Gerakan Teosofi
dan Freeemasonry di Bandung
M. Ryzki Wiryawan
(18 x 24) cm; 166 hlm; Bookpaper; 2014
ISBN: 978-602-14732-9-0
Harga Rp 70.000
Tak dinyana, Kota Bandung ternyata menyimpan jejak-jejak
gerakan okultisme di masa silam. Dua gerakan utama, Teosofi dan Freemasonry berkiprah signifikan di Bandoeng doeloe. Siapa saja tokoh-tokoh
kedua gerakan tersebut dan apa yang saja kiprahnya, mengejutkan! Sejumlah
fakta baru seputar sejarah Kota Bandung diungkapkan.
Pendekatan blusukan
ternyata sudah dilakukan seorang bupati (pribumi) anggota Freemasonry sejak doeloe.
Dalam otobiografinya Sang Bupati menjelaskan bahwa ia menggunakan metode tournee
atau blusukan dalam mengelola 250 desa yang berada di wilayahnya. Ia biasa
berkunjung dan menginap di rumah-rumah warga untuk membaur dan menyerap
aspirasi warganya.
Dengan melakukan itu ia
telah menembus batas-batas feodalisme yang masih berlaku saat itu.
Ada yang berkata,
“Itulah tidak sesuai dengan kedudukan seorang pegawai tinggi, dan akan
memerosotkan prestise seorang pembesar!” Tidak! Pada permulaannya cara
bekerjasama begitu memang dahulunya dianggap aneh oleh rakyat jelata dan kaum
feudal. Sekarang, di mana telah ada Civic Mission, anggapan kolot itu
telah berkurang atau lenyap.
Sebaliknya, rasa persaudaraan dan saling mempercayai perlahan-lahan mulai
bertambah dan berkembang.
Tersedia pula versi digitalnya:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar